Translate

Kerusakan Hutan di Aceh Sudah Memprihatinkan


Gubernur Aceh : Zaini Abdullah mengatakan kerusakan hutan di Aceh sudah memprihatinkan dan memilukan. Laju kerusakannya mencapai hampir 23 ribu hektare per tahun.

Kebijakan moratorium logging yang dicanangkan sejak 2007 ternyata tidak cukup ampuh menahan gempuran kapitalis yang ingin menangguk keuntungan dari hutan Aceh. "Karena itu dibutuhkan aksi riil untuk menjaga ekosistem hutan Aceh, apalagi Aceh merupakan salah satu andalan untuk program perubahan iklim dunia," kata Zaini Abdullah pada acara serimonial penanaman satu miliar pohon secara simbolis di Taman Hutan Raya (Tahura) Pocut Meurah Intan, Saree, Aceh Besar.

Menurut Zaini, laju deforestasi terbesar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu. Sedangkan penyebab terbesar kedua adalah akibat dari alih fungsi hutan menjadi perkebunan

Padahal fungsi hutan bagi ekosistem sangat penting. Hutan tidak hanya sebagai sumber penghasil kayu, kebutuhan pangan, atau untuk menjaga ketersedian air dan energi, tapi juga tempat konservasi keanekaragaman hayati dan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Karena itu, kata Zaini, mempertahankan keseimbangan hutan dengan menanam pohon merupakan bentuk dari konservasi keanekaragaman hayati (biodeversity). Selain itu juga untuk penyerapan karbon di atmosfir untuk pencegahan dampak perubahan iklim dan mendukung pembangunan ketahanan pangan, energi, dan ketersediaan air untuk kesejahteraan masyarakat.

"Melalui kegiatan ini, Pemerintah menargetkan adanya gerakan penanaman satu miliar pohon setiap tahun di seluruh Indonesia. Kami tentu saja berharap agar masyarakat Aceh turut memberi kontribusi untuk mensukseskan program ini," jelas Zaini.


Hal yang membuat Zaini miris, kasus perusakan hutan terus terjadi dan meningkat setiap tahunnya. Data Kementerian Kehutanan menyebutkan, tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai 0,5 sampai 1 juta hektare per tahun. Tingkat deforestasi itu berdampak pada pengurangan emisi carbon sebesar 489 juta. (MEDANFOTO/Mda/14)

0 komentar:

Back to Top