Pendidikan Indonesia Menunjukan Hasil Buruk
JAKARTA -
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyebut pendidikan saat ini
berada dalam kondisi gawat darurat arena
data Kemendikbud mencatat bahwa pendidikan di Indonesia menunjukan hasil buruk.
Salah satu
petunjuk gawat daruratnya pendidikan Indonesia adalah hasil The Program for
International Student Assessment (PISA) yang menempatkan Indonesia pada
rangking 64 dari 65 negara.
Menurut
lembaga Programme for International Study Assessment (PISA), tren kinerja
pendidikan Indonesia pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012, cenderung
stagnan. Sehingga menempatkan pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64
dari 65 negara.
Sedangkan
minat membaca di Indonesia hanya 0,001 persen menurut data UNESCO pada 2012.
Menurut
lembaga The Learning Curve untuk pemetaan kualitas pendidikan, uji kompetensi
guru yang diharpakan memiliki standar minimal 70, masuk dalam peringkat 40 dari
50 negara.
"Dalam
satu dekade terakhir berdasarkan survei PISA
pendidikan Indonesia jalan di tempat, sementara negara lain sedang
bersiap memenangkan pertarungan dunia, kita malah stagnan dan ini adalah
tanggung jawab kita, bukan orang lain," kata Anies di Jakarta, hari ini.
Hari ini,
Anies bersilaturahim dengan sekitar 650 kepala dinas pendidikan provinsi,
kabupaten dan kota se-Indonesia.
Menurut
Anies, jika dalam urusan investasi ada masalah, maka para pelaku dunia usaha
bisa langsung protes, tapi kalau ada masalah dalam pendidikan anak cucu akan
menyesal di kemudian hari.
"Memang
tidak ada yang protes hari ini, tapi anak cucu kita akan menengok ke belakang
dan bertanya bapak apa yang dulu dikerjakan
hingga kami seperti sekarang," kata dia.
Ia mengatakan
apa yang ada saat ini ada merupakan produk pendidikan Indonesia di masa lalu
dan kita bisa melihat bagaimana hasilnya.
"Oleh
sebab itu apa yang dikerjakan oleh jajaran pendidik di Tanah Air hari ini
menentukan wajah Indonesia ke depan," kata dia.
Ia menegaskan
ini merupakan suatu tantangan yang amat besar bagi seluruh jajaran pendidikan
yang ada di Indonesia agar dapat berubah lebih baik.
"Melihat
rangking hasil survei PISA, ini harus jadi bahan renungan, kita harus
benar-benar berubah," kata dia.
Anies
mengatakan fakta ini pahit tapi harus diungkapkan, sebab kalau tidak kita akan
terus merasa nyaman, padahal sedang mengalami persoalan yang besar.
"Kita
dalam kondisi yang gawat dan harus berubah, jangan saling menyalahkan antara
pusat dan daerah, ini adalah tanggung jawab semua dan harus turun tangan menyelesaikannya," kata
dia.
Kepada
pemerintah daerah, Anies meminta untuk menganalisis kondisi pendidikan di
daerahnya masing-masing. Analisis tersebut diperlukan untuk memperoleh gambaran
solusi apa yang bisa dilakukan untuk memajukan pendidikan.
Salah satu
contohnya adalah fakta bahwa 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi
standar pelayanan minimal.
"Jangan
biarkan angka-angka masalah ini dianggap sebagai sebuah kelaziman. Dan Pemda
jangan hanya urun angan, tapi juga harus turun tangan," kata Mendikbud
dalam paparannya.
Dia juga
menyatakan, memperbaiki mutu pendidikan di Tanah Air tidak dapat dilakukan
secara instan. "Semua pihak harus bersabar karena butuh waktu panjang
untuk memperbaiki mutu pendidikan, jangan mengharapkan hasil akhir saja,"
katanya.
Sistem pendidikan
di Finlandia yang mempesona dan hebat,
namun hal yang perlu diperhatikan adalah mereka menyiapkan semua itu sejak
1980-2000 atau butuh waktu 20 tahun.
"Sementara
kita cenderung melihat hasil akhir saja dan tidak mempelajari seperti apa
proses panjang yang dilewati," kata dia. (MEDANFOTO/Was/14)
0 komentar: