Menteri BUMN Diminta Libatkan KPK dan PPATK, Pilih Ketua Pertamina
Koalisi
Masyarakat Sipil Publish What You Pay (PWYP) Indonesia mendesak Menteri BUMN
Rini Soemarno untuk melakukan seleksi terbuka terhadap calon direktur utama
(Dirut) PT Pertamina (Persero). Sealin itu, Rini juga diminta untuk
menyampaikan kepada publik kriteria-kirteria umum dan khusus calon petinggi
BUMN energi tersebut.
Ketua Badan
Pengawas PWYP Indonesia Fabby Tumiwa meminta pemerintah melibatkan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) sebagai bagian dari proses seleksi orang nomor satu di Pertamina. Hal
itu ditujukan untuk membuktikan komitmen Jokowi-JK akan transparan dalam
pengelolaan pemerintahannya.
Menurut dia,
Pertamina sebagai BUMN yang strategis dalam penyediaan minyak mentah dan BBM
domestik memiliki anggaran belanja dan aset yang besar sangat rentan mengalami
intervensi politis dan dijadikan 'sapi perahan' untuk kepentingan ekonomi dari
berbagai pihak, khususnya partai-partai penguasa.
"Direktur
Utama dan Dewan Direksi Pertamina yang berintegritas, profesional, dan memiliki
rekam jejak yang baik merupakan modal awal untuk menghadang masuknya berbagai
kepentingan yang ingin mengeksploitasi Pertamina yang merugikan negara dan
masyarakat," ujar dia kepada merdeka.com di Jakarta, Minggu (16/11).
Fabby
menegaskan, sudah seharusnya proses seleksi dirut dan direksi lainnya serta
komisaris dijadikan tolak ukur dalam pelaksanaan Good Corporate Governance
(GCG) BUMN di Indonesia. Dia berharap Pemerintahan Jokowi-JK melakukan
terobosan dalam proses rekruitmen Direksi BUMN sehingga reputasi dan
kepercayaan kepada BUMN meningkat di mata publik dan masyarakat internasional.
Sementara
itu, Koordinator Nasional PWYP Indonesia Maryati Abdullah mengatakan Pertamina
juga harus dipimpin orang yang memiliki kapabilitas dan integritas dalam
industri migas. Selain itu, posisi-posisi strategis di Indonesia haruslah diisi
oleh orang yang benar-benar memiliki kapasitas dalam menjalankan perannya
sesuai dengan janji Presiden Jokowi.
"Karena
itu, sudah seharusnya Menteri BUMN memiliki visi yang sama dengan presiden
dalam proses seleksi Dirut Pertamina. Jangan sampai ada dugaan publik, Dirut
Pertamina nantinya hanya menjadi orang 'titipan' saja," kata Maryati.
Dirut Pertamina
juga harus mampu memotong rente perdagangan minyak dan pengadaan BBM yang tidak
efektif, termasuk membuat transparan perhitungan subsidi BBM, khususnya pada
aspek biaya produksi (cost) agar publik dapat merasionalisasi harga BBM yang
dikonsumsi masyarakat.
Berdasarkan
laporan keuangan dan operasional, Pertamina di semester I-2014 mampu
memproduksi sebesar 520.360 barel setara minyak per hari (bopd). Naik 11,9
persen dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu.
Pada 2014,
Pertamina menargetkan pendapatan senilai USD 79 miliar. Angka pendapatan
tersebut lebih tinggi sekitar 6 persen dibandingkan dengan prognosa pendapatan
2013. Selain itu, target laba bersih Pertamina 2014 sebesar USD 3,44 miliar.
(MEDANFOTO/MDA/14)
0 komentar: